Sahabat, di postingan sebelumnya kamu udah tau kan cara ngebantah mereka yang nuduh umat Islam nyembah berhala? Sama juga kok dengan Hajar Aswad. Sebab ia ditempatkan di Ka’bah saat Nabi Ibrahim dan Ismail membangunnya. So, kalo ada yang nuduh hal yang sama pastinya kamu udah tau dong jawabannya. Sebelum masuk ke inti bahasan, kita kepoin dulu yuk, apa sih Hajar Aswad itu? Hajar aswad adalah batu yang diturunkan dari surga. Asalnya itu lebih putih dari salju dan susu. Namun karena dosa manusia dan kelakukan orang-orang musyrik di muka bumi, batu tersebut akhirnya berubah jadi hitam (lihat: H.R at-Tirmidzy: 877 & Ahmad 1: 307). Lalu kenapa sih kita disunnahkan untuk menciumnya? Bukankah itu berlebihan? Enggak kok sahabat, mencium Hajar Aswad tak lebih dari sekedar karena kita hendak mencontoh RasuluLlah semata. Rasul menghormatinya karena ia merupakan benda yang Allah turunkan dari surga. Bahkan Ibnu ‘Abbas meriwayatkan dari RasuluLlah bahwa batu mulia ini kelak akan menjadi saksi di hari kiamat bagi yang benar-benar menyentuhnya. Dan luar biasanya, para sahabat yang Allah meridhoi mereka, tahu bahwa ini merupakan bagian dari tuntunan Nabi, bukan berarti menyembah dan mengkultuskan batu tersebut. Hal ini dibuktikan dengan perkataan Umar bin Khattab r.a: “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat RasuluLlah menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Muslim: 1270). Disinilah bentuk dari afirmasi tauhid. Umar bin Khattab telah membuktikannya. Sebuah deklarasi tauhid bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Allah. Semua tindakannya tak lain sekedar hanya mengikuti tuntunan RasuluLlah sang suri teladan. Semoga kita semua senantiasa berada dalam ketauhidan yang selalu terjaga dan mudah-mudahan Allah beri kesempatan kita semua untuk bisa mencium Hajar Aswad juga. Aamiin.