Ingin Hidup Ratusan Bahkan Ribuan Tahun? Ini Rahasianya

Penulis 2021-09-04 10:30:57 - 2021-09-03

#SahabatPemburKebaikan , pernahkah kamu membayangkan bisa hidup ratusan bahkan ribuan tahun seperti umat-umat terdahulu? Hidup layaknya Nabi Nuh a.s yang berdasarkah satu riwayat dalam tafsir Ath-Thabari diperkirakan hidup selama 1.650 tahun. Dimana Allah sebutkan Nabi Nuh sudah hidup berdakwah selama 950 tahun sebelum peristiwa banjir bandang terjadi. “Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zhalim.” (QS.Al-‘Ankabut: 14). Padahal, umur umat Nabi Muhammad itu hanya berkisar 60-70 tahun saja sahabat. Nabi Muhammad saw. wafat di usia 63 tahun. Jadi, rata-rata umur umatnya juga mengikuti patokan umur Nabi saw. Sekalipun ada yang lebih dari itu, sejatinya itu hanyalah bonus dari Allah memberikan masa tambahan untuk beramal bagi hamba-Nya. Abu Hurairah r.a meriwayatkan hadits dari Nabi saw: “Umur umatku berkisar antara 60 hingga 70 tahun. Sangat sedikit di antara mereka yang umurnya lebih dari itu.” (HR Tirmidzi). Sahabat, hidup manusia tidaklah lama. Tak akan selamanya. Dunia ini pun sementara. Nikmat dunia, dibandingkan dengan nikmat surga di Akhirat, juga tak seberapa. Hakikat dunia dan kehidupan semacam ini sudah dibahas di postingan sebelumnya. Namun demikian, kebanyakan Muslim seringkali lupa. Buktinya, tetap saja kebanyakan mereka menghabiskan sebagian besar waktu dan umurnya untuk terus mengejar dunia. Seraya melupakan bekal untuk Akhirat. Padahal Allah SWT telah mengingatkan: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan perhatikanlah oleh kalian, bekal apa yang telah kalian persiapkan untuk Hari Esok (Hari Akhirat)”. (QS.Al-Hasyr: 18) Sebagai orang yang beriman, kita harus yakin bahwa setelah hidup di dunia ada kehidupan selanjutnya (akhirat), sebuah hidup kekal selama-lamanya disana. Maka dari itu, singkatnya waktu yang dianugerahkan Allah kepada kita harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan bekal ke akhirat. Jangan sampai terlena akan dunia dan berfoya-foya dengan hal-hal duniawi yang tidak akan dibawa mati. Sahabat, kalaulah kita mau menghitung-hitung berapa sih sebenarnya kesempatan yang kita punya untuk bisa produktif beramal jika kita memakai rata-rata usia yang Rasul jelaskan di hadits tadi, maka kita akan ambil pertengahannya 60 – 70 Tahun, yakni 65 tahun. Anggaplah usia baligh tak jadi hitungan karena catatan amal belum dihitung. Kita kurangi 15 tahun untuk masa kanak-kanak. 65-15 tahun, masih tersisa 50 tahun. Lalu digunakan untuk apa 50 tahun ini? Gambaran kasar : • Untuk Tidur Waktu umumnya manusia tidur ± 8 jam/hari ; Dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai tidur 18250 hari x 8 jam = 146000 jam = 16 tahun 7 bulan; dibulatkan jadi 17 tahun. Ternyata rata-rata manusia menghabiskan 17 tahun dalam hidupnya untuk tidur, padahal manusia akan tertidur dari dunia untuk selamanya… • Waktu aktivitas/kegiatan siang hari umumnya manusia Sebut saja ± 12 jam, selain bekerja 8 jam masih ada kegiatan disiang hari lainnya. Dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai manusia untuk aktivitas tersebut : 18250 hari x 12 jam= 219000 jam = 25 tahun. Aktivitas siang hari manusia : Ada yang bekerja, ada yang belajar atau mengajar, ada yang sekolah atau kuliah, ada yang makan sambil jalan-jalan, dan banyak lagi. • Waktu rehat, santai, leha-leha ± 4 jam Dalam 50 tahun waktu yang dipakai untuk rehat 18250 hari x 4 jam= 73000 jam = 8 tahun Rehat: menonton tv, atau mungkin dihabiskan termenung di buai khayalan. Maka total kalkulasinya : untuk tidur, 17 tahun + kegiatan siang hari, 25 tahun + rehat, 8 tahun = 50 tahun Lalu waktu untuk ibadahnya mana??? Itupun jika kita hidup sampai usia 65 tahun. Jika kurang dari itu ternyata sudah Allah panggil kita??? SubhanaLlah.. Maka sahabat, dengan jatah usia yang demikian singkat, ditambah kita tidak menyiasatinya dengan berburu keutamaan amal ibadah, semuanya akan berlalu dengan sia-sia. Bekal amal tak akan cukup menghantarkan kita ke surga. Disinilah sahabat, pentingnya apa yang disebut dengan amalan sedekah jariyah. Rasul saw. bersabda: “Jika manusia mati, terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak salih yang mendoakan dirinya.” (HR Muslim dan Abu Dawud). Berdasarkan hadis ini, sedekah jariyah identik dengan wakaf, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama salah satunya Abu Thayyib dalam ‘Awn al-Ma’bûd. Dengan demikian wakaf atau amal jariyah adalah sebutan bagi amalan yang pahalanya terus mengalir walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah wafat. Sedekah harta yang kamu berikan semasa hidupmu, namun pahala kebaikannya akan kamu tuai terus walaupun kamu sudah mati. Dan, luar biasanya amalan ini pahalanya terus mengalir hingga hari kiamat sahabat. Kebayangkan, bagaimana pahala orang-orang terdahulu yang sudah bersedekah jariyah berupa wakaf untuk umat yang manfaatnya terus dipakai oleh generasi setelahnya hingga ia wafat bahkan jika harta wakaf itu terus ada hingga hari ini sahabat. Itulah yang diamalkan oleh RasuluLlah saat berwakaf membangun Masjid Quba bersama Abu Bakr; wakaf tanah yang Rasul beli untuk pembangunan Masjid Nabawi; wakaf tanahnya Umar bin Khattab, Abu Thalhah, Abdurrahman bin ‘Auf; wakafnya Utsman bin ‘Affan, dan wakaf-wakaf para sahabat lainnya. Semuanya bahkan masih ada hingga hari ini. Bayangkan, berapa banyaknya kiriman pahala yang mengalir ke kubur-kubur mereka menerangi gelapnya liang lahat. Sudah 13 abad lebih mereka wafat. Dan pahalanya akan terus mereka panen hingga hari dimana amalan tak lagi diterima Allah yaitu kiamat. Mumpung masih Allah beri kita kesempatan umur dan harta, mari kita pergunakan harta yang kita miliki untuk amal jariyah. Sebagai investasi akhirat setelah kita mati. Kita ingin alirkan pahala kebaikan menerangi kubur-kubur kita. Saat ini, Sekolah Tahfizih Plus Khoiru Ummah Rimbo Panjang sedang dalam proses pembangunan. Masjid dan asrama santri para penghafal Al-Qur’an belum tegak berdiri di lahan wakaf umat. Sahabat semua bisa berkesempatan untuk wakaf pembangunan pesantren ini. Jadilah para #PemburuKebaikan dengan berdonasi dan berwakaf bersama Donasi Rumah Tahfizh Riau. In sya’aLlah donasi dan wakaf sahabat-sahabat semua akan disalurkan untuk pembangunan pesantren para penghafal Al-Qur’an. Untuk informasi selengkapnya hubungi Call Center Donasi Rumah Tahfizih di : 0811-7545-775 Malam dan siang akan terus berlalu dengan cepat, umur kita kian hari akan terus berkurang, ajal kematianpun semakin dekat. Maka demi Allah, satu menit kesempatan beramal di dunia ini lebih berharga daripada hidup sia-sia dalam kemaksiatan. Jangan tertipu dengan usia muda, karena syarat mati tidak mesti tua. Jangan terperdaya dengan badan sehat, karena syarat mati tidak mesti sakit. Ajal tak mengenal waktu dan usia. Jadi, teruslah beramal shalih. Bersyukurlah atas nikmat yang saat ini kita miliki, dan jangan lupa untuk berbagi. Semoga Allah wafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin Yaa Mujibassailin..