#SahabatPemburuKebaikan, pernah gak sih Kamu galau saat dihadapkan pada dua pilihan sulit dalam hidupmu? Pastinya pernah kan. Nah, di postingan sebelumnya sudah tergambar secara ringkas potret kesabaran Nabi Ibrahim betapa galaunya Ia menerima wahyu yang luar biasa itu. Berkecamuk dalam batinnya, siapakah yang lebih ia sayangi: Allah SWT ataukah Ismail? Mungkin dibenaknya muncul dua pilihan: 'menyelamatkan' Ismail atau mentaati perintah Allah dengan 'mengorbankan' buah hati yang selama seratus tahun dinanti. Selama ini, Nabi Ibrahim telah mencurahkan waktu, fikiran, tenaga bahkan nyawa untuk tegaknya risalah tauhid. Tentu jika yang harus dikorbankan adalah dirinya sendiri maka dengan sedia ia menerimanya. Namun, Nabi Ibrahim sadar bahwa tauhid membawa konsekuensi. Hanya Allah sajalah yang harus ia cintai. Perintah-Nya lah yang harus ditaati. Dan keridhoan-Nya lah yang harus ia cari. Mendapatkan anak yang shalih dan penyabar tentu merupakan satu nikmat yang menggembirakan. Namun, disaat yang sama tatkala mengabaikan perintah Allah menjadikan nikmat itu berubah menjadi laknat yang menimbulkan kemurkaan-Nya. Allah hendak menguji, seberapa besar ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah. Dan seberapa besar tauhid itu berkonsekuensi terhadap pilihan hidupnya. Karena puncak ketaatan tertinggi seorang hamba adalah ketika ia mampu mewujudkan perintah Allah saat dituntut didalamnya sebuah pengorbanan, sekalipun nyawa yang menjadi taruhannya. Kamu siap untuk taat? Siap jadikan tauhid sebagai landasan hidup? AllahuAkbar.