Penulis 2024-08-20 10:19:59 - 2024-08-19
Perang Khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun ke-7 Hijriah (628 Masehi). Khaibar adalah wilayah yang berada sekitar 150 km di utara Madinah dan dikenal sebagai pusat kaum Yahudi yang memiliki benteng-benteng kuat. Kaum Yahudi di Khaibar merupakan ancaman besar bagi kaum Muslimin karena mereka sering bersekongkol dengan musuh-musuh Islam dan berusaha menggulingkan kekuasaan Nabi Muhammad SAW di Madinah.
Setelah terjadinya Perjanjian Hudaibiyah antara kaum Muslimin dan Quraisy, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk mengarahkan perhatian kepada ancaman dari kaum Yahudi di Khaibar. Kaum Yahudi di Khaibar, yang merupakan salah satu suku terbesar dan paling kuat di wilayah tersebut, telah terbukti sebagai ancaman berulang kali dengan menyokong musuh-musuh Islam dan memprovokasi serangan terhadap Madinah.
Peristiwa Perang Khaibar:
1. Persiapan Pasukan:
Nabi Muhammad SAW mempersiapkan sekitar 1.400-1.600 pasukan Muslim untuk menyerang Khaibar. Pasukan ini dilengkapi dengan berbagai persenjataan dan alat-alat pengepungan karena mereka harus menghadapi benteng-benteng yang kuat. Beberapa istri Nabi Muhammad SAW juga ikut dalam ekspedisi ini.
2. Serangan ke Benteng-Benteng:
Khaibar terdiri dari beberapa benteng besar, dan setiap benteng memiliki suku-suku Yahudi yang berbeda. Pasukan Muslim mengepung benteng-benteng ini satu per satu. Benteng pertama yang diserang adalah benteng Na’im. Setelah pertarungan sengit, pasukan Muslim berhasil merebutnya. Kemudian mereka melanjutkan ke benteng-benteng lainnya seperti Qamus, Al-Watih, dan Sulalim.
Salah satu pertempuran yang paling terkenal adalah pengepungan benteng Qamus, yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib setelah beberapa sahabat tidak berhasil menembus pertahanan. Ali, dengan keberanian dan kekuatannya, berhasil membuka pintu benteng dan memberikan kemenangan besar bagi pasukan Muslim.
3. Penaklukan Khaibar:
Setelah beberapa hari pengepungan dan pertempuran, seluruh benteng Khaibar berhasil ditaklukkan oleh pasukan Muslim. Kaum Yahudi di Khaibar akhirnya menyerah dan memohon perdamaian. Nabi Muhammad SAW mengizinkan mereka tetap tinggal di Khaibar dengan syarat mereka harus membayar jizyah (pajak) dan memberikan setengah hasil pertanian mereka kepada kaum Muslimin.
1. Dalam Hadis dari Sahih Bukhari (Hadis No. 3702):
"Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d bahwa Nabi Muhammad SAW berkata pada Perang Khaibar, 'Besok aku akan menyerahkan bendera ini kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya juga mencintainya.' Pada malam itu, banyak sahabat yang ingin mendapatkan kehormatan tersebut. Pada pagi harinya, Nabi Muhammad SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan menyerahkan bendera kepadanya."
2. Dalam Al-Quran Surah Al-Ahzab (33:26-27):
"Dan Dia menurunkan orang-orang ahli kitab yang membantu mereka dari benteng-benteng mereka dan menanamkan rasa takut dalam hati mereka. Sebagian kamu bunuh dan sebagian kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah mereka, rumah-rumah mereka, dan harta-benda mereka, serta tanah yang belum kamu injak. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Ayat ini menjelaskan bagaimana Allah memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin atas kaum Yahudi di Khaibar dan memberikan tanah serta harta mereka sebagai warisan.
Perang Khaibar merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menunjukkan ketegasan dan strategi militer Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi musuh yang membahayakan umat Muslim. Kemenangan di Khaibar tidak hanya mengamankan wilayah Madinah dari ancaman, tetapi juga meneguhkan posisi kaum Muslimin di Jazirah Arab.
Wallahu A'lam,..